Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2021

Mengkritik cerpen Sisik Naga di Jari Manis Gus Usup

 Nama: Anita Eka Syalina Nim: 175200075 Prodi: Pendidikan Bahasa Indonesia 2017 A ESAI DAN KRITIK CERPEN SISIK NAGA DI JARI MANIS GUS USUP KARYA SHOIM M. ANWAR Esai Cerpen yang berjudul “Sisik Naga Di Jari Manis Gus Usup” karya Shoim M. Anwar menceritakan tentang tokoh Gus Usup yang sangat dihormati oleh warga kampung yang ia tempati. Masyarakat setempat menganggapnya bukan orang biasa meskipun usianya masih mudah. Namun masyarakat di kampung itu baik dari anak-anak sampai para tetua sangat menghormatinya. Gus Usup bukanlah orang sembarangan. Itulah pandangan masyarakat di kampung itu. Gus Usup adalah seorang anak pondok dan ia memiliki beberapa saudara yang juga disegani oleh masyarakat setempat, akan tetapi Gus Usuplah yang paling dihormati dan disanjung oleh warga kampung dikarenakan sikap, tutur kata, dan keakrapannya dengan warga membuat ia dihormati. Apa lagi dengan ketampanannya membuat gadis desa sangat mengaguminya. Sejak kecil Gus Usup sudah dekat dengan warga kampung meskipu

Mengkritik puisi ''Ulama Abiyasa Tak Pernah Minta Jatah''

 Nama: Anita Eka Syalina Nim   : 175200075 Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia 2017 A Puisi  “Ulama Abiyasa Tak Pernah Minta Jatah”                                   Puisi: M Shoim Anwar   Ulama Abiyasa adalah guru yang mulia panutan para kawula dari awal kisah ia adalah cagak yang tegak tak pernah silau oleh gebyar dunia tak pernah ngiler oleh umpan penguasa tak pernah ngesot ke istana untuk meminta jatah tak pernah gentar oleh gertak sejuta tombak tak pernah terpana oleh singgasana raja-raja   Ulama Abiyasa merengkuh teguh hati dan lidah marwah digenggam hingga ke dada tuturnya indah menyemaikan aroma bunga senyumnya merasuk hingga ke sukma langkahnya menjadi panutan bijaksana kehormatan ditegakkan tanpa sebiji senjata   Ulama Abiyasa bertitah para raja dan penguasa bertekuk hormat padanya tak ada yang berani datang minta dukungan jadi penguasa menjadikannya sebagai pengumpul suara atau didudukkan di kursi untuk dipajang di depan massa diberi pakaian dan penutup kepala berharga murah

Kritik dan Esai "Ulama Durna Ngesok ke Istana"

 Nama: Anita Eka Syalina Nim   : 175200075 “Ulama Durna Ngesot ke Istana            Puisi :  M. Shoim Anwar  Lihatlah sebuah panggung di negeri sandiwara ketika ada Ulama Durna ngesot ke istana menjilat pantat raja agar diberi jatah remah-remah maka kekuasaan menjadi sangat pongah memesan potongan-potongan ayat untuk diplintir sekenanya agar segala tingkah polah dianggap absah Lihatlah ketika Ulama Durna ngesot ke istana menyerahkan marwah yang dulu diembannya Sengkuni dan para pengikutnya di luar sana bertingkah sok gagah berlindung di ketiak penguasa menunggang banteng bermata merah mengacungkan arit sebagai senjata memukulkan palu memvonis orang-orang ke penjara   Lihatlah ketika Ulama Durna berdagang mantra berbusa-busa adakah ia hendak menyulut api baratayuda para pengikutnya mabuk ke lembah-lembah tatanan yang dulu dicipta oleh para pemula porak poranda dijajah tipu daya oh tahta dunia yang fana para begundal mengaku dewa-dewa sambil menuding ke arah kawula seakan isi dunia henda

Kritik dan Esai

        “ DURSASANA  PELIHARAAN   ISTANA ” Dursasana adalah durjana peliharaan istana tingkahnya tak mengenal sendi-sendi susila saat masalah menggelayuti tubuh negara    cara terhormat untuk mengurai tak ditemukan jua suara  para kawula melesat-lesat bak anak panah  suasana kelam  bisa  meruntuhkan penguasa jalan pintas pun digelindingkan roda-roda gila dursasana  diselundupkan untuk memperkeruh suasana kayak jaka tingkir menyulut kerbau agar menebar amarah atau melempar sarang lebah agar penghuninya tak terima   lalu istana punya alasan menangkapi mereka akal-akalan purba yang telanjang menggurita saat panji-panji negara menjadi slogan semata para ulama  yang bersila di samping raja menjadi penjilat pantat yang paling setia      sambil memamerkan para pengikut yang dicocok hidungnya    Lihatlah  dursasana di depan raja dan pejabat istana lagak polahnya seperti paling gagah seakan hulubalang paling digdaya memamerkan segala kebengalannya mulut lebar berbusa-busa bau busuk berlompatan