Mengkritik puisi ''Ulama Abiyasa Tak Pernah Minta Jatah''
Nama: Anita Eka Syalina
Nim : 175200075
Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia 2017 A
Puisi
“Ulama Abiyasa Tak Pernah Minta Jatah”
Puisi: M Shoim Anwar
Ulama Abiyasa adalah guru yang mulia
panutan para kawula dari awal kisah
ia adalah cagak yang tegak
tak pernah silau oleh gebyar dunia
tak pernah ngiler oleh umpan penguasa
tak pernah ngesot ke istana untuk meminta jatah
tak pernah gentar oleh gertak sejuta tombak
tak pernah terpana oleh singgasana raja-raja
Ulama Abiyasa merengkuh teguh hati dan lidah
marwah digenggam hingga ke dada
tuturnya indah menyemaikan aroma bunga
senyumnya merasuk hingga ke sukma
langkahnya menjadi panutan bijaksana
kehormatan ditegakkan tanpa sebiji senjata
Ulama Abiyasa bertitah
para raja dan penguasa bertekuk hormat padanya
tak ada yang berani datang minta dukungan jadi penguasa
menjadikannya sebagai pengumpul suara
atau didudukkan di kursi untuk dipajang di depan massa
diberi pakaian dan penutup kepala berharga murah
agar tampak sebagai barisan ulama
Ulama Abiyasa tak membutuhkan itu semua
datanglah jika ingin menghaturkan sembah
semua diterima dengan senyum mempesona
jangan minta diplintirkan ayat-ayat asal kena
sebab ia lurus apa adanya
mintalah arah dan jalan sebagai amanah
bukan untuk ditembangkan sebagai bunga kata-kata
tapi dilaksanakan sepenuh langkah
Penghujung Desember 2020
Desember 2020
Kritik dan Essai
Puisi “Ulama Abiyasa tak pernah minta jatah” memiliki 4 bait, bait pertama memiliki 8 baris, bait kedua memiliki 6 baris, bait ketiga memiliki 7 baris dan bait ke empat memiliki 8 baris.
Ulama Abiyasa adalah guru yang mulia
panutan para kawula dari awal kisah
ia adalah cagak yang tegak
tak pernah silau oleh gebyar dunia
tak pernah ngiler oleh umpan penguasa
tak pernah ngesot ke istana untuk meminta jatah
tak pernah gentar oleh gertak sejuta tombak
tak pernah terpana oleh singgasana raja-raja
Makna dari bait diatas yaitu ulama Abiyasa yang tetap berdiri tegak dan tidak tergiur oleh keindahan dunia.
pada bait 1 jika dikaitkan dengan kehidupan nyata yakni seperti seorang karyawan yang memiliki prinsip yang tak bisa digoyahkan, bahwa ia tidak akan pernah melakukan pencitraan kepada pimpinannya hanya untuk mendapatkan jabatan yang di dambakan oleh orang-orang.
Ulama Abiyasa merengkuh teguh hati dan lidah
marwah digenggam hingga ke dada
tuturnya indah menyemaikan aroma bunga
senyumnya merasuk hingga ke sukma
langkahnya menjadi panutan bijaksana
kehormatan ditegakkan tanpa sebiji senjata
Makna dari bait diatas ialah ulama abiyasa yang mempunyai ketetapan hati dan kata-katanya indah dan bijaksana senyumnya merasuk jiwa kehormatan di pertaruhkan.
Pada bait 2 jika dikaitkan dengan kehidupan nyata yakni saat seorang karyawan diberi tugas oleh pemimpin untuk melaksanakan sebuah projek, maka karyawan tersebut mengerjakan projek tersebut dengan sungguh-sungguh tanpa memiliki niat untuk curang & ia selalu menegakkan kehormatan. karena, sikap terpujinya itu maka ia menjadi contoh untuk karyawan lainnya.
Ulama Abiyasa bertitah
para raja dan penguasa bertekuk hormat padanya
tak ada yang berani datang minta dukungan jadi penguasa
menjadikannya sebagai pengumpul suara
atau didudukkan di kursi untuk dipajang di depan massa
diberi pakaian dan penutup kepala berharga murah
agar tampak sebagai barisan ulama
Makna dari bait diatas ialah ulama Abiyasa dengan mendengar kata-katanya para pemimpin bertekuk lutut padanya. Dia tidak mementingkan jabatan yang ia tunjukkan hanya kejujuran hati.
Pada bait 3 jika dikaitkan dengan kehidupan nyata yakni ada seseorang karyawan yang sangat di hormati oleh semua orang termasuk para penguasa seperti pemimpinnya. sehingga ia dapat memiliki jabatan yang tinggi karena sikapnya yang terpuji tersebut.
Ulama Abiyasa tak membutuhkan itu semua
datanglah jika ingin menghaturkan sembah
semua diterima dengan senyum mempesona
jangan minta diplintirkan ayat-ayat asal kena
sebab ia lurus apa adanya
mintalah arah dan jalan sebagai amanah
bukan untuk ditembangkan sebagai bunga kata-kata
tapi dilaksanakan sepenuh langkah
Penghujung Desember 2020
Makna dari bait diatas adalah ulama abiyasa tidak membutuhkan jabatan, ia hanya membantu dengan do’a-do’a. Jika jadi pemimpin jadilah pemimpin yang melaksanakan tugas dengan sepenuh hati.
Pada bait 4 jika dikaitkan dengan kehidupan nyata yakni saat seorang karyawan A tersebut membantu rekan kerjanya yang sedang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugasnya. maka, karyawan A tersebut membantunya & tidak mengharapkan imbalan apapun. karyawan A hanya berharap rekannya yang telah dibantu tersebut dapat melakukan yang disarankan oleh karyawan A agar pekerjaannya dapat terselesaikan dengan benar & tepat.
By: Anita Eka Syalina
Pendidikan Bahasa Indonesia
Komentar
Posting Komentar