Kritik dan Esai Cerpen

Nama: Anita Eka Syalina

Nim    : 175200075

Prodi  : Pendidikan Bahasa Indonesia 2017 A

1. Kritik dan Esai Sorot Mata Syaila

Sorot Mata Syaila karya M. Shoim Anwar dengan tokoh utama dalam cerita disamarkan namanya adalah Matalir, bertemu dengan seorang perempuan di bandara Abu Dhabi yang akan terbang ke Pakistan. Karna kursi tunggu sudah penuh oleh penumpang yang menunggu pesawat, Matalir beradu pandang dan memberi isyarat bersedia berbagi tempat duduk dengannya. Perempuan berjilbab itu duduk dan sedikit berbasa-basi dengan Matalir, lelaki dengan dua istri dan dua orang anak dari masing-masing istrinya ini tampak ingin mengenal lebih jauh perempuan yang rupanya tertidur di pundaknya.

Tokoh utama digambarkan ia adalah seorang tersangka korupsi yang sengaja beralasan pergi ke tanah suci untuk menunda proses hukum yang akan dilaluinya. Ia nampak meremehkan dan menganggap permasalahannya adalah hal enteng karna sudah menyewa pengacara mahal untuk membela dirinya.

Pengarang memegang kuat karakter tokoh hingga akhir cerita. Pada bagian akhir, mampu memainkan imaji pembaca dengan tokoh utama perempuan yang dinamakan Syaila mulai beranjak dari sandaran dan tempat duduknya, menganggguk dan mengisyaratkan Matalir untuk mengikutinya menuju lorong demi lorong yang semakin sepi dan gelap. Hingga dibawah kesadarannya seakan ia telah dijebak wanita yang menghipnotisnya, ia seperti dicekik, semacam hukuman atas perilakunya yang tidak jujur dan mengentengkan sistem hukum yang harusnya ia dapatkan. Hal ini dapat membingungkan pembaca untuk mengetahui tokoh Syaila yang sebenarnya dan cerita pendek ini bersifat menggantung.

Analisis:

 Pada cerpen di atas pengarang menggunakan sudut pandang langsung, sehingga pembaca lebih mudah untuk memahami alur cerita.

Penokohan:

Matalir: pandai bersilat lidah

Syaila: pandai menaklukkan lawan jenis atau laki-laki


Kelebihan dan Kelemahan:

Kelebihan

Dalam cerpen Sorot Mata Syaila alur ceritanya menarik untuk dibaca sehingga pembaca sangat tertarik membaca cerpen tersebut sampai selesai. Dalam cerpen Sorot Mata Syaila banyak mengandung pesan moral yang baik untuk diambil dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar tindakan yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari tidak salah.                                                                                                                                                

Kelemahan

Terlalu banyak menggunakan majas di dalam cerpen Sorot Mata Syaila sehingga terkadang membuat sulit pembaca untuk memahami isi dalam cerpen.

2. Kritik dan Esai Cerpen Sepatu Jinjit Aryanti

Ketika manusia selalu di selimuti dengan  problema-problema kehidupan yang kompleks, maka kehidupan itu sendiri terasa indah karena selalu di bumbui dengan drama-drama indah yang tak tertuga.Cerpen dengan judul “Sepatu Jinjit Aryanti” karya M.Shoim Anwar merupakan cerpen yang menguraikan realita kehidupan dan tentu merupakan cerminan kecil kompleksitas kehidupan yang di alami manusia saat ini.Tokoh “AKU” dalam cerpen ini telah berhasil menjadi superhero di balik ketidakberdayaan Aryanti.Tokoh “AKU” begitu sentral dan menjadi pembeda di balik drama kecil yang di alami Aryanti.

Shoim Anwar mencoba memancing pembaca dan ikut terlibat dalam skenario yang ia sutradarai.Kulewasan dalam merangkai kata-kata mencerminkan sosok cerpenis berbakat karena mampu membawa kita ke dalam suasana romantis dan  ada keinginan  untuk terlibat lansung di dalamnya.Walau di bumbui dengan candaan yang menjurus ke hal yang bersifat purnografi, akan tetapi tidak mengurangirespect kami akan karya Dosen yang humoris ini. Justru dengan hal-hal seperti itu akan menjadi ciri khas seorang pengarang.Cerpen Sepatu Jinjit Aryanti seakan membuka pikiran kita bahwasanya inilah cermin kecil kehidupan kaum hawa saat ini, kehidupan yang tidak terlepas dari besarnya kekuasaan dan jabatan dan perempuanlah yang menjadi alat mereka untuk menyelesaikan misi yang terselebung.Tidak sedikit perempuan terlibat dalam kasus-kasus pembunuhan, narkoba, perdagangan manusia dan itu merupakan dampak dari pergeseran pandangan emansipasi.

Cerpen Sepatu Jinjit Aryanti karya M.Shoim Anwar telah menawarkan nuansa berbeda dengan cerpen-cerpen yang dia hasilkan sebelumnya.Nuansa politik, lingkungan hidup, percintaan, dan sedikit purnografi telah menjadi bumbu manis dalam cerpen tersebut.Ketika kita  telah terbawa dalam suasana emosional yang sama, ada rasa penasaran untuk menikmati cerita selanjutanya.Namun, Shoim Anwar sepertinya sudah membaca alur pikiran kita, sehingga  cerita dari Cerpen Sepatu Jinjit Aryanti sepertinya tutup di tengah jalan dan justru akhir  dari cerita  tersebut tidak ada.Point ini mungkin menjadi bahan pertimbangan sekaligus masukan  dari kami agar dalam karya berikutnya lebih mengutamakan kepuasaan pembaca dan tentunya tanpa  mengesampingkan kharakteristik penulisan cerpen itu sendiri seperti pepatah yang ada dalam kutipan cerpen tersebut ’’Bila waktu tak mampu beri perjumpaan, biarlah kita diam dalam suka, diam dalam rindu. Itu sudah cukup bagiku. Maka pepatah kami adalah”Bila waktu tak mampu memberi kami akhir dari cerita, jangan buatkan kami duka tapi buatlah kami suka karena suka membuat kami tak lupa dengan apa yang anda buat...Selamat berkarya Pak Shoim Anwar.

Sinopsis

Cerpen dengan judul “Sepatu Jinjit Aryanti karya M.Shoim Anwar menceritakan perjalanan tokoh “Aku” ke Johor yang merupakan negara bagian di Malaysia yang perbatasan dengan singapura.Cerita ini di awali dengan tokoh Aryanti yang terlibat dalam skandal pembunuhan berencana yang sedang bersembunyi dengan tokoh “aku”.Tokoh “aku” hadir sebagai teman sekaligus penghibur dengan candaan  yang mampu mengurangi sedikit beban yang sedang di alami Ariyanti.Dengan gaya pendekatan yang luwes dan sedikit gombal sepertinya Ariyanti jatuh di pelukan di tokoh “aku”. Pada akhirnya mereka di panggil oleh kedua laki-laki dan membawa mereka tanpa tau arah dan tujuan.

3. Kritik dan Esai Cerpen Bamby dan Perempuan Berselendang Baby Blue

  Sudah menjadi sebuah tradisi dalam kebiasaan sehari-hari bahwasannya kekuasaan, harta, dan wanita adalah merupakan kebutuhan yang wajib dipenuhi dalam kehidupan. Kekuasaan menyangkut bagaimana seseorang itu tadi mampu mengendalikan seseorang, lebih-lebih rakyat kecil atau yang mempunyai kedudukan lebih rendah dibawahnya. Harta menyangkut bagaimana ia harus bisa selalu hidup, entah menggunakan cara yang baik ataupun benar, seseorang akan tergiur akan sebuah harta. Dan wanita adalah kebutuhan yang sangat wajib dipenuhi bagi kaum laki-laki, kalau kaum perempuan adalah yang wajib dipenuhi yaitu laki-laki.

  Kebutuhan wanita ataupun laki-laki tidak menutup kemungkinan bahwa kebutuhan seseorang dalam mengendalikan nafsu dapat berjalan dengan baik. banyak cara yang dikendalikan seseorang dalam mendapatkan nafsunya menggunakan akal yang buruk, bagaimana ia mendapatkan mangsa dengan baik. Kalau mendapatkan dengan baik wajar saja. Kalau dengan tidak baik itu menimbulkan kontraseptual. Seperti cerpen yang diciptakan oleh M. Shoim Anwar yang berjudul Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue. Disini menceritakan bahwa seseorang dalam menggapai keinginannya berjalan tidak sesuai aturan. Bambi mendapatkan sebuah materi berupa harta dan wanita tidak berjalan dengan baik. bagaimana berjalan dengan  baik, Bambi menjanjikan kemenangan sidang pada seorang perempuan yang bernama Anik, namun ternyata Bambi mengkhianati akan janjinya demi seorang perempuan yang bernama Miske. Miske adalah anak dari seorang tergugat yang digugat Anik dalam proses persidangan dan meminta bantuan pada Bambi. Namun setelah bambi menerima jumlah uang nominal yang besar dan menjanjikan kemenangan Anik, Bambi juga bimbang akan kecantikan paras wajah dari sang tergugat yang bernama Miske. Sungguh ironi tak sesuai yang diharapkan. Namun beginilah adanya kehidupan yang jauh dari nilai kebaikan.

“Aku ingin bicara,” kata saya di mulut toilet

“Bicara Apa?” Bambi mengarahkan pandangan ke muka saya.

“Putusanmu. Mengapa aku kau kalahkan?”

“saya sudah mengusahakan agar kau yang menang di pengadilan, tapi tak ada dissenting opinion”

“Itu persis kasus saya. Tapi mengapa saya tidak dimenangkan?” saya bertanya pada Devira

“Ibu tahu,” Devira meyakinkan, “Perempuan yang diajak berdansa tadi itu adalah anak dari almarhum Pak Madali, yang ibu gugat.”

“Namanya Miske katanya.”

“Bukan. Nama aslinya Kiara. Sebagai ahli waris, dia tidak pernah datang ke pengadilan. Hanya diwakili kuasa hukumnya. Ibu dipermainkan Pak Bambi demi mendapatkan Kiara”

“Saya memang pernah mendengar nama itu. Setan semuanya!”

Dapat dilihat dari kutipan di atas bahwa seseorang mendapatkan apa yang ia inginkan menghalalkan segala cara. Bahkan yang sudah terikat akan janji kepada seseorang, dan demi mendapatkan apa yang ia butuhkan (1 kebutuhan lagi) ia dapat menyeleweng akan janjinya. Speerti yang dialami oleh Anik, Mikes dan Bambi.

Kritik:

Dalam cerpen Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue mengingatkan kita bahwa sebuah komitmen. Yang ke 2 adalah mengingatkan kita dalam mendapatkan apa yang kita inginkan. Dalam menjalankan segala sesuatu hendaknya kita harus selalu berbuat kebaikan. Jangan menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang kita inginkan. Mungkin kita bisa tersenyum di Dunia. Namun enggan di akhirat. Kita akan merasa menyesal dengan apa yang kita perbuat terhadadap orang lain. 

4. Kritik dan Esai Cerpen Tahi Lalat

TAHI LALAT

Ada tahi lalat di dada istri Pak Lurah. Itu kabar yang tersebar di tempat kami. Keberadaannya seperti wabah. Lembut tapi pasti. Mungkin orang-orang masih sungkan untuk mengatakannya secara terbuka. Mereka menyampaikan kabar itu dengan suara pelan, mendekatkan mulut ke telinga pendengar, sementara yang lain memasang telinga lebih dekat ke mulut orang yang sedang berbicara. Mereka manggut-manggut, tersenyum sambil membuat kode gerakan menggelembung di dada dengan dua tangan, lalu menudingkan telunjuk ke dada sendiri, sebagai pertanda telah mengerti.

“Awas, ini rahasia. Jangan bilang siapa-siapa!” kata Bakrul memulai pembicaraan sambil mendekatkan telunjuknya ke mulut. 

“Di sebelah mana?” aku mengorek.

“Di sebelah kiri, agak ke samping,” jawab Bakrul.

“Besar?”

“Katanya sebesar biji randu.”

ilustrasi-cerpen-koran-media-indonesia-minggu-19-februari-2017-karya-pata-areadi. Mungkin karena keberadaannya sudah lebih jelas, akhirnya orang-orang saling memberi kode ketika berpapasan. Bila mereka sedang bergerombol, dan salah satu sudah memberi kode, yang lain mengacungkan jempolnya sebagai tanda mengerti. Bagi yang kurang yakin, pertanyaan akan langsung diteriakkan saat aku lewat.

Karena tak ingin diteriaki terus, aku mengacungkan jempol. Teriakan itu memicu yang lain untuk keluar rumah, lalu menuju pinggir jalan tempat aku lewat. Sebenarnya aku tak enak juga mendengar ejekan terhadap lurahku, meski waktu pemilihan aku tidak mencoblosnya. Maka, sebelum mereka berteriak, aku mengacungkan jempol terlebih dulu. Tapi karena niatnya mungkin mengejek, teriakan mereka pun bertambah santer.

Suara truk pengangkut material untuk pembangunan perumahan menderu-deru di jalan depan rumah yang rusak parah. Debu-debu itu sering dikeluhkan oleh anakku, Laela, setiap pulang sekolah. Entah mengapa Pak Lurah dan perangkatnya tak peduli dengan situasi itu. Pak Lurah justru tampak akrab dan sering keluar bareng dengan mobil pengembang perumahan itu.

“Di luar sana juga ada omongan soal kedekatan istri Pak Lurah dengan bos proyek perumahan,” aku membuka pembicaraan dengan istri. “Kedekatan yang gimana lagi?” istriku mendongak. “Bos proyek itu sering datang saat Pak Lurah tidak ada di rumah. Katanya juga pernah keluar bareng.”

Bulan depan adalah masa pendaftaran calon lurah atau kepala desa di sini. Konon Pak Lurah akan mencalonkan kembali untuk periode berikutnya. Tak ada yang bisa mencegahnya meski janji-janjinya yang dulu ternyata palsu.

Kritikan Cerpen diatas:

Karya sastra yang tergolong kedalam prosa yaitu Cerpen. Cerpen yang saya kritik disini yaitu Cerpen yang berjudul Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah Karya M. Shoim Anwar. Cerpen tersebut mengangkat judul Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah, tetapi dalam cerpen tersebut pengarang lebih mengarahkan ceritanya tentang masa kepemimpinan Pak Lurah dalam menjabat sebagai Lurah di desanya. Sedangkan hanya beberapa cuplikan atau kutipan yang menyangkut tentang kabar berita tahi lalat di dada istri Pak Lurah.

Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah ini adalah sebagai berikut: 

1. Penokohan

Tokoh sederhana dalam cerpen Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah yaitu istri pak lurah,bakrul,pak Bayan,Laela dan para warga karena mereka tidak menunjukkan adanya perkembangan watak dan hanya memliki satu sifat yang tetap. 

Karakter Aku dalam cerpen Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah ini adalah seseorang yang rasa ingin tahunya banyak tentang isttri pak lurah dan juga orang yang paham dengan politik desanya, karakter Pak Lurah digambarkan dalam cerpen Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah adalah seorang pemimpin yang tak patut untuk dicontoh sebagai pemimpin desa karena tidak memperdulikan warganya dengan baik dan juga apa yang sudah dijanjikan olehnya tempo hari waktu kampanye juga tidak ditepati dan ada juga karakter pendukung seperti istri dari tokoh aku dan juga anak dari tokoh aku yang bernama Laela. 

2. Alur

a. Alur maju (konvensional progresif) adalah teknik pengaluran dimana jalan peristiwa dimulai dari melukiskan keadaan hingga penyelesaian. 

b. Alur mundur (Flash back, sorot balik, regresif), adalah teknik pengaluran dan menetapkan peristiwa dimulai dari penyelesaian kemudian ke titik puncak sampai melukiskan keadaan. 

c  Alur tarik balik (back tracking), yaitu teknik pengaluran dimana jalan cerita peristiwanya tetap maju, hanya pada tahap-tahap tertentu peristiwa ditarik ke belakang. 

3. Latar

Latar dalam cerpen Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah ini di desa.

4.Amanan/pesan

 Amanat yang ingin disampaikan oleh penulis dalam cerpen Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurahini adalah jadilah pemimpin yang bisa mengayomi warganya dengan baik, bukan malah menjadi orang yang bisanya mengancam warganya, dan tepati janji mu karna janji adalah hutang.

Cerpen Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah karya M. Shoim Anwar merupakan hasil karya sastra yang menggambarkan realitas kehidupan seorang Lurah dengan warga desanya. Shoim Anwar sebagai pengarang cerpen ini menggugah pembaca dengan menyajikan kehidupan seorang Lurah yang menyalah gunakan jabatannya itu untuk memperdaya masyarakat sekitar da membuat warganya menjadi sengsara.

Perhatikan kutipan berikut:

“Di sebelah mana tahi lalatnya?” aku mencoba mengorek kejelasan.

“Di sebelah kiri, agak ke samping,” jawab Bakrul.

“Katanya sebesar biji randu.”

“Ooo…,” aku manggut-manggut.

Bagi yang kurang yakin, pertanyaan yang dilontarkan pun langsung diteriakkan saat aku lewat di wilayah mereka.

“Di dada istri Pak Lurah ada tahi lalatnya ya?” pertanyaan di teriakkan salah seorang warga. Kali ini aku mencoba menahan diri, tanpa memberi jawaban atau kode.

“Di sebelah kiri ya?” teriakkan itu di lanjutkan.

“Sebesar biji randu ya?”

Pada kutipan di atas, dalam kehidupan bermasyarakat memang terkadang ada orang yang suka mencari kekurangan dari orang lain. Dari berita yang kurang baik apalagi dari orang-orang ternama yang ada di desa tersebut pastinya akan menjadi bahan pembicaraan yang sangat menarik untuk dibicarakan. Berita yang belum tentu ada benarnya itu akan cepat menyebar dari mulut ke telinga orang-orang di sekitarnya tanpa pandang bulu. Seperti itulah realita kehidupan masa kini yang sering mencari-cari kekurangan dari orang lain.

Perhatikan kutipan berikut:

“Suara truk pengangkut material untuk pembangunan perumahan menderu-deru di jalan depan rumah yang rusak parah. Debu-debu itu sering dikeluhkan oleh anakku, Laela, setiap pulang sekolah. Entah mengapa Pak Lurah dan perangkatnya tak peduli dengan situasi itu. Pak Lurah justru tampak akrab dan sering keluar bareng dengan mobil pengembang perumahan itu.”

Pada kutipan di atas, sejak dibangunnya perumahan di desa tersebut, banyak warga yang tersiksa oleh proyek pembangunan itu. Bukan hanya jalan yang semakin rusak, tetapi juga debu-debu berterbangan kemana pun dan membuat sesak di dada. Pejabat desa pun enggan untuk peduli kepada nasib warganya yang semakin mengenaskan itu. Justru para pejabat desa sudah tidak memperdulikan warganya, dan lebih mementingkan proyeknya itu berjalan dengan lancar. Pejabat desa itu lebih mementingkan pemilik pengembangan perumahan saja.

Perhatikan kutipan berikut:

“Bulan depan adalah masa pendaftaran calon lurah atau kepala desa di sini. Konon Pak Lurah akan mencalonkan kembali untuk periode berikutnya. Tak ada yang bisa mencegahnya meski janji-janjinya yang dulu ternyata palsu.”

Pada kutipan di atas, dalam dunia politik memang seperti itu adanya, janji-janji yang disampaikan waktu pemilihan tidak akan pernah ditepati, mungkin karena sudah menjadi orang yang terpilih dan hidupnya sudah enak lantas melupakan janji-janjinya kepada warganya. Jadilah seorang pemimpin yang bertanggung jawab, yang menepati janjinya kepada warga, bukan hanya omong kosong belaka yang ada.

5. Kritik dan Esai Cerpen Jangan ke Istana, Anakku!

pada cerpen “ Jangan Datang ke Istana Anakku” penulis mencoba memberikan sebuah gambaran tentang kehidupan kemanusiaan yang terjadi dalam hidup Aku atau tokoh “Ayah”. Di mana ada ketidak adlian yang ia rasakan dan ia tidak ingin apa yang ia rasakan berdampak dengan putri semata wayangnya. Ia bekerja sebagai penjaga di sebuah Istana, Istana itu memiliki suatu hal yang mengerikan karena kekuasan dan peraturan orang istana yang tidak punya peri kemanusiaan seperti yang tertulis pada cerpen berjudul “Jangan ke Istana Anakku” “tapi hingga kini perempuan-perempuan cantik itu ta ada yang kembali ke desanya. Kabar mengerikan malah menyeruak, konon perempuan-perempuan itu di jadiakan wadal alias tumbal istana, dimasukan ke sumur lorong gelap bawah tanah yang di huni nyi Blorong peliharaan istana”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik dan esai video klip

Mengkritik cerpen ''Tahi Lalat'' Karya M. Shoim Anwar

Mengkritik Puisi "Sajak Palsu" Karya Agus R. Sarjono