Mendalami Puisi-puisi Karya Wiji Thukul

Nama: Anita Eka Syalina

Nim   : 175200075

Prodi: Pendidikan Bahasa Indonesia 2017 A

PERINGATAN


Jika rakyat pergi
 

Ketika penguasa pidato
 

Kita harus hati-hati
 

Barangkali mereka putus asa


Kalau rakyat bersembunyi
 

Dan berbisik-bisik
 

Ketika membicarakan masalahnya sendiri 


Penguasa harus waspada dan belajar mendengar


Bila rakyat berani mengeluh 


Itu artinya sudah gawat 


Dan bila omongan penguasa
 

Tidak boleh dibantah
 Kebenaran pasti terancam


Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
 

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
 

Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
 Maka hanya ada satu kata: lawan!.


(Wiji Thukul, 1986)

Puisi Peringatan adalah puisi karya seorang sastrawan sekaligus aktivis buruh yakni Wiji Thukul. Orde Baru menjadi saksi bisu hilangnya seorang aktivis kelahiran Solo ini.

Melalui kesenian Ia menyuarakan kegelisahan serta ketidakadilan di bawah rezim jenderal yang terkenal dengan Bapak Pembangunan Nasional. Sanggar Teater Jagat merupakan awal mula aktualisasinya dalam berkesenian.

Selain aktif berteater Wiji Thukul juga aktif menulis puisi. Alasannya menulis puisi sangat sederhana seperti disampaikannya pada sebuah lokakarya. Ia berkata dalam bahasa Jawa “Wong Mlarat mung duwe paitan cangkem, piye kowe nyuworo” ( Orang miskin hanya punya modal mulut, bagaimana kalian bersuara).

Salah satu puisi Wiji Thukul yang terkenal yakni berjudul Peringatan.


Indonesia ini sebenarnya masih berusia muda, hanya sekitar 60 tahunan. Tapi, sudah banyak kejadian yang menimpa negeri ini. Aksi-aksi heroik pasukan Garuda, tingkah polah berbagai gerakan rakyat, sampai pada kejahatan kemanusiaan, semua sudah pernah terjadi di Indonesia.

Terutama untuk cerita-cerita nadir dalam negeri ini, sudah banyak dilakukan oleh orang yang menyebut dirinya penguasa. Penembakan brutal kepada setiap orang yang dianggap komunis misalnya, adalah salah satu contoh. Selain itu, masih banyak lagi contoh kekejaman lainnya. Salah satunya yang paling terkenal (namun mungkin kita lupakan sekarang) adalah peristiwa hilangnya aktivis Indonesia di tahun 1998. 

Hebatnya negeri ini, hampir semua peristiwa memilukan itu, dilupakan oleh rakyat Indonesia. Bagaimana mungkin para tersangka penjahat itu, sekarang tiba-tiba sudah berada bebas tanpa diadili hukum positif apapun yang ada di Indonesia? Padahal, para aktivis yang hilang itu, sampai sekarang tidak ada kejelasan nasibnya.

Jujur, kami mungkin juga sempat lupa. Namun, sebuah gerakan menolak lupa dari Superman Is Dead, dengan lagunya, Sunset Di Tanah Anarki telah membantu kami mengingat. Ingat akan lalimnya penguasa. Ingat akan hukum yang belum sepenuhnya berjalan di negeri ini. Ingat, akan para pahlawan bangsa yang sekarang sudah tidak ada (mungkin).

Dan salah satu aktivis yang hilang itu adalah penyair keras yang bukan sekedar protes, tapi menghargai proses: Widji Thukul.

Puisi-puisinya keras, menghantam hati penguasa yang mengandalkan ketakutan untuk memeras rakyat. Puisi-puisinya lantang, tak takut dibendung penguasa, tak takut dilibas peluru. Puisi Widji Thukul, adalah simbol perlawanan di zamannya.

Dan puisi peringatan ini adalah salah satu karya Widji Thukul yang dapat kita buktikan sendiri, betapa keras dan lantangnya puisi dari sang penyair.


DI BAWAH SELIMUT KEDAMAIAN PALSU

Puisi: Wiji Thukul

Apa gunanya ilmu

Kalau hanya untuk mengibuli

Apa guna baca buku

Kalau mulut kau bungkam melulu

Di mana-mana moncong senjata

Berdiri gagah

Kongkalikong

Dengan kaum cukong

Di desa-desa

Rakyat dipaksa

Menjual tanah

Tapi, tapi, tapi, tapi

Dengan harga murah

Apa guna baca buku

Kalau mulut kau bungkam melulu


Puisi “Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu” memiliki makna bahwa sejatinya seseorang yang berilmu namun tidak mengamalkan ilmunya dalam kebaikan itu tidak ada gunanya sama sekali dan orang yang selalu membaca buku namun selalu bungkam dan tidak bisa menegakkan kebenaran itu juga hanyalah sebuah kesia-siaan.

Dalam puisi tersebut seperti disampaikan sebuah sindiran kepada sebagian penguasa pemerintahan yang masih suka berkomplot dengan orang-orang licik dengan tujuan yang tidak baik atau hanya menguntungkan dirinya sendiri. Sedangkan akibatnya adalah rakyat-rakyat yang tertindas dan tidak mendapat keadilan.

Puisi ini memiliki makna yang sangat mendalam sesuai dengan kenyataan yang sedang kita alami saat ini. Wiji Thukul menyampaikan pesan melalui puisi “Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu” yaitu agar kita selalu mengamalkan atau memanfaatkan ilmu yang kita dapat pada hal-hal yang baik dan tidak merugikan orang lain. Kita harus menjadi orang yang bijak dalam memanfaatkan ilmu yang kita dapat


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik dan esai video klip

Mengkritik cerpen ''Tahi Lalat'' Karya M. Shoim Anwar

Mengkritik Puisi "Sajak Palsu" Karya Agus R. Sarjono