Kritik dan essai cerpen ''DI JALAN JABAL AL-KABAH''
Nama: Anita Eka Syalina
Nim : 175200075
Kelas : 2017 A
Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia
KRITIK SASTRA CERPEN DI JALAN JABAL AL-KABAH
KARYA : M. SHOIM ANWAR
M. Shoim Anwar dilahirkan di Desa Sambong Dukuh, Jombang, Jawa Timur. Setamat dari SPG di kota kelahirannya, dia melanjutkan ke Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, IKIP Surabaya dan Universitas Negeri Surabaya, hingga mendapat gelar master dan doktor dengan predikat cumlaude. Shoim banyak menulis di berbagai media massa berupa cerpen, novel, esai, dan puisi. Salah satunya yakni cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kabah”. Cerpen tersebut jika dianalisis bisa masuk dalam teori new historicism, karena menekankan keterkaitan teks sastra dengan berbagai kekuatan sosial, ekonomi, dan politik yang melingkupinya.
Kaitannya dalam kehidupan saat ini, banyak manusia yang sudah menyalahgunakan sebuah cara untuk memperoleh rezeki. Cara yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh manusia dibawah umur, yang dijalankan pihak orang dewasa demi mendapatkan rezeki yang lebih banyak dengan cara mengemis. Seringkali kita melihat di pinggir jalan, lampu merah, bahkan di keramaian kota. Banyak segerombol anak dibawah umur menjadi pengemis demi menarik rasa simpati dari setiap orang. Anehnya, anak tersebut dipekerjakan oleh orang dewasa yang tidak bertanggung jawab dengan memakaikan baju kusam serta memberikan kantong plastik bekas makanan yang sudah tidak dipakai. Anak yang dipekerjakan semakin sengsara dan pengepulnya menjadi semakin kaya raya. Itulah yang terjadi. Seperti dalam cerpen karya M.Shoim Anwar yang menceritakan sebuah perjalanan seorang kepala desa yang memanjatkan doa untuk para warga yang dipimpin, yang dijuluki sebagai kampung pengemis. Malu ditanggung oleh seorang Ali dan Istrinya, namun para pengemis itu tetap saja tidak percaya bahwa rezeki, kesehatan, umur, dan jodoh itu pemberian dari Tuhan Yang Maha Esa.
Sebuah peryataan ini sering disalah artikan oleh beberapa orang khususnya seseorang yang tidak memiliki pengetahuan cukup baik. Profesi dengan cara meminta-minta adalah cara yang kurang baik dalam mencari rezeki. Ada pepatah mengatakan bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Ali terus memanjatkan doa untuk penduduknya agar bisa berubah. Anehnya yang terjadi tidak hanya di kampungnya. Namun juga terjadi di tanah suci Kota Mekkah. Ali merasa hal tersebut sangat miris, bagaimana tidak? Hal tersebut ternyata juga terjadi di kota yang suci, yang diagung-agungkan oleh seluruh umat manusia bisa menjadi seperti ini. Ternyata kejadian di Mekkah justru lebih parah. Bagaimana tidak, di Mekkah malah berpura-pura tangan dari pengemis di tekuk dan seolah-olah ia tidak mempunyai tangan. Dan mirisnya, hal tersebut yang menjadi sasaran adalah anak kecil. Anak kecil yang seharusnya mempunyai cita-cita yang tinggi, lebih senang bermain dengan teman sebayanya justru malah sudah di ajarkan dengan hal yang tidak layak untuk mereka terima dan rasakan. Itulah hukum yang terjadi dibeberapa Negara. Bahkan bisa dikatakan 75% seluruh Dunia.
“Apa urusanmu dengan dia?” katanya dengan nada tinggi, mimiknya tampak serius
“Mereka telah mengotori tanah suci!” jawab Tuan Amali tak kalah sengit
“Mereka tidak memaksa. Tidak ada yang yang dirugikan. Kalau kamu tidak mau memberi ya sudah!”
“niat saya hanya satu, menyingkap kebohongan terhadap orang banyak!” tambahnya. Keduanya sambil tetap berjalan dalam kerumunan. Beberapa orang melihat ke arah mereka secara bergantian
“Meminta-mnta adalah urusan pribadi!”
“Tapi meminta-minta dengan cara menipu tidak bisa dibenarkan”
Dalam kutipan tersebut menjelaskan bahwasannya seseorang menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang. Lebih-lebih anak kecil yang dijadikan sebagi objek untuk membidik mangsanya. Sungguh sangat miris. Haruskah negara islam yang sangat suci menjadi kotor karena ulah seseorang yang memiliki pemikiran dangkal?
KRITIK:
Dalam cerpen yang berjudul Di Jalan Jabal Al-Kabah mengandung sebuah nilai kepada kita semua bahwa, dalam mencari rezeki hendaknya dilakukan dengan cara yang baik untuk mendapatkan rezeki yang halal, tidak harus mengemis, apalagi itu dengan sengaja pura-pura untuk mendapatkan rasa simpati dari orang lain. Ingatlah, tangan di atas lebih baik tangan di bawah? apalagi yang menjadi sasaran dalam mengemis adalah anak kecil.
Untuk alurnya cerpen tersebut maju dan mundur serta konfliknya sudah bisa dikatakan kompleks. Bahasanya yang mudah dipahami pembaca juga menjadi nilai plus tersendiri.
Komentar
Posting Komentar