Mengkritik cerpen ''Tahi Lalat'' Karya M. Shoim Anwar

 Nama: Anita Eka Syalina

Nim   : 175200075

Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia 2017 A

Karya sastra merupakan kesusastraan, karya tulis, yang jika dibandingkan dengan tulisan lain memiliki berbagai ciri keunggulan,seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya, drama, epik, dan lirik. Karya sastra itu sendiri berisi mengenai pengalaman yang biasanya dialami oleh pengarang itu sendiri. Karya sastra tersebut merupakan hasil dari kreativitas dan imajinasi pengarang. Sebagai seorang pengamat dan pemerhati bahasa kita berkewajiban untuk menelaah hasil kreativitas pengarang tersebut dengan bebagai pendekatan.

Judul Cerpen

TAHI LALAT

Ada tahi lalat di dada istri Pak Lurah. Itu kabar yang tersebar di tempat kami. Keberadaannya seperti wabah. Lembut tapi pasti. Mungkin orang-orang masih sungkan untuk mengatakannya secara terbuka. Mereka menyampaikan kabar itu dengan suara pelan, mendekatkan mulut ke telinga pendengar, sementara yang lain memasang telinga lebih dekat ke mulut orang yang sedang berbicara. Mereka manggut-manggut, tersenyum sambil membuat kode gerakan menggelembung di dada dengan dua tangan, lalu menudingkan telunjuk ke dada sendiri, sebagai pertanda telah mengerti.

“Awas, ini rahasia. Jangan bilang siapa-siapa!” kata Bakrul memulai pembicaraan sambil mendekatkan telunjuknya ke mulut. 

“Di sebelah mana?” aku mengorek.

“Di sebelah kiri, agak ke samping,” jawab Bakrul.

“Besar?”

“Katanya sebesar biji randu.”

Mungkin karena keberadaannya sudah lebih jelas, akhirnya orang-orang saling memberi kode ketika berpapasan. Bila mereka sedang bergerombol, dan salah satu sudah memberi kode, yang lain mengacungkan jempolnya sebagai tanda mengerti. Bagi yang kurang yakin, pertanyaan akan langsung diteriakkan saat aku lewat.

Karena tak ingin diteriaki terus, aku mengacungkan jempol. Teriakan itu memicu yang lain untuk keluar rumah, lalu menuju pinggir jalan tempat aku lewat. Sebenarnya aku tak enak juga mendengar ejekan terhadap lurahku, meski waktu pemilihan aku tidak mencoblosnya. Maka, sebelum mereka berteriak, aku mengacungkan jempol terlebih dulu. Tapi karena niatnya mungkin mengejek, teriakan mereka pun bertambah santer.

Suara truk pengangkut material untuk pembangunan perumahan menderu-deru di jalan depan rumah yang rusak parah. Debu-debu itu sering dikeluhkan oleh anakku, Laela, setiap pulang sekolah. Entah mengapa Pak Lurah dan perangkatnya tak peduli dengan situasi itu. Pak Lurah justru tampak akrab dan sering keluar bareng dengan mobil pengembang perumahan itu.

“Di luar sana juga ada omongan soal kedekatan istri Pak Lurah dengan bos proyek perumahan,” aku membuka pembicaraan dengan istri. “Kedekatan yang gimana lagi?” istriku mendongak. “Bos proyek itu sering datang saat Pak Lurah tidak ada di rumah. Katanya juga pernah keluar bareng.”

Bulan depan adalah masa pendaftaran calon lurah atau kepala desa di sini. Konon Pak Lurah akan mencalonkan kembali untuk periode berikutnya. Tak ada yang bisa mencegahnya meski janji-janjinya yang dulu ternyata palsu.

Kritikan Cerpen diatas:

Karya sastra yang tergolong kedalam prosa yaitu Cerpen. Cerpen yang saya kritik disini yaitu Cerpen yang berjudul Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah Karya M. Shoim Anwar. Cerpen tersebut mengangkat judul Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah, tetapi dalam cerpen tersebut pengarang lebih mengarahkan ceritanya tentang masa kepemimpinan Pak Lurah dalam menjabat sebagai Lurah di desanya. Sedangkan hanya beberapa cuplikan atau kutipan yang menyangkut tentang kabar berita tahi lalat di dada istri Pak Lurah.

Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah ini adalah sebagai berikut: 

Penokohan

Tokoh sederhana dalam cerpen Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah yaitu istri pak lurah,bakrul,pak Bayan,Laela dan para warga karena mereka tidak menunjukkan adanya perkembangan watak dan hanya memliki satu sifat yang tetap. 

Karakter Aku dalam cerpen Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah ini adalah seseorang yang rasa ingin tahunya banyak tentang isttri pak lurah dan juga orang yang paham dengan politik desanya, karakter Pak Lurah digambarkan dalam cerpen Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah adalah seorang pemimpin yang tak patut untuk dicontoh sebagai pemimpin desa karena tidak memperdulikan warganya dengan baik dan juga apa yang sudah dijanjikan olehnya tempo hari waktu kampanye juga tidak ditepati dan ada juga karakter pendukung seperti istri dari tokoh aku dan juga anak dari tokoh aku yang bernama Laela. 

Alur

a. Alur maju (konvensional progresif) adalah teknik pengaluran dimana jalan peristiwa dimulai dari melukiskan keadaan hingga penyelesaian. 

b. Alur mundur (Flash back, sorot balik, regresif), adalah teknik pengaluran dan menetapkan peristiwa dimulai dari penyelesaian kemudian ke titik puncak sampai melukiskan keadaan. 

c  Alur tarik balik (back tracking), yaitu teknik pengaluran dimana jalan cerita peristiwanya tetap maju, hanya pada tahap-tahap tertentu peristiwa ditarik ke belakang.

Latar

Latar dalam cerpen Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurah ini di desa.

Amanat/pesan

 Amanat yang ingin disampaikan oleh penulis dalam cerpen Tahi Lalat Di Dada Istri Pak Lurahini adalah jadilah pemimpin yang bisa mengayomi warganya dengan baik, bukan malah menjadi orang yang bisanya mengancam warganya, dan tepati janji mu karna janji adalah hutang.

Cerpen Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah karya M. Shoim Anwar merupakan hasil karya sastra yang menggambarkan realitas kehidupan seorang Lurah dengan warga desanya. Shoim Anwar sebagai pengarang cerpen ini menggugah pembaca dengan menyajikan kehidupan seorang Lurah yang menyalah gunakan jabatannya itu untuk memperdaya masyarakat sekitar da membuat warganya menjadi sengsara.

Perhatikan kutipan berikut:

“Di sebelah mana tahi lalatnya?” aku mencoba mengorek kejelasan.

“Di sebelah kiri, agak ke samping,” jawab Bakrul.

“Katanya sebesar biji randu.”

“Ooo…,” aku manggut-manggut.

Bagi yang kurang yakin, pertanyaan yang dilontarkan pun langsung diteriakkan saat aku lewat di wilayah mereka.

“Di dada istri Pak Lurah ada tahi lalatnya ya?” pertanyaan di teriakkan salah seorang warga. Kali ini aku mencoba menahan diri, tanpa memberi jawaban atau kode.

“Di sebelah kiri ya?” teriakkan itu di lanjutkan.

“Sebesar biji randu ya?”

Pada kutipan di atas, dalam kehidupan bermasyarakat memang terkadang ada orang yang suka mencari kekurangan dari orang lain. Dari berita yang kurang baik apalagi dari orang-orang ternama yang ada di desa tersebut pastinya akan menjadi bahan pembicaraan yang sangat menarik untuk dibicarakan. Berita yang belum tentu ada benarnya itu akan cepat menyebar dari mulut ke telinga orang-orang di sekitarnya tanpa pandang bulu. Seperti itulah realita kehidupan masa kini yang sering mencari-cari kekurangan dari orang lain.

Perhatikan kutipan berikut:

“Suara truk pengangkut material untuk pembangunan perumahan menderu-deru di jalan depan rumah yang rusak parah. Debu-debu itu sering dikeluhkan oleh anakku, Laela, setiap pulang sekolah. Entah mengapa Pak Lurah dan perangkatnya tak peduli dengan situasi itu. Pak Lurah justru tampak akrab dan sering keluar bareng dengan mobil pengembang perumahan itu.”

Pada kutipan di atas, sejak dibangunnya perumahan di desa tersebut, banyak warga yang tersiksa oleh proyek pembangunan itu. Bukan hanya jalan yang semakin rusak, tetapi juga debu-debu berterbangan kemana pun dan membuat sesak di dada. Pejabat desa pun enggan untuk peduli kepada nasib warganya yang semakin mengenaskan itu. Justru para pejabat desa sudah tidak memperdulikan warganya, dan lebih mementingkan proyeknya itu berjalan dengan lancar. Pejabat desa itu lebih mementingkan pemilik pengembangan perumahan saja.

Perhatikan kutipan berikut:

“Bulan depan adalah masa pendaftaran calon lurah atau kepala desa di sini. Konon Pak Lurah akan mencalonkan kembali untuk periode berikutnya. Tak ada yang bisa mencegahnya meski janji-janjinya yang dulu ternyata palsu.”

Pada kutipan di atas, dalam dunia politik memang seperti itu adanya, janji-janji yang disampaikan waktu pemilihan tidak akan pernah ditepati, mungkin karena sudah menjadi orang yang terpilih dan hidupnya sudah enak lantas melupakan janji-janjinya kepada warganya. Jadilah seorang pemimpin yang bertanggung jawab, yang menepati janjinya kepada warga, bukan hanya omong kosong belaka yang ada.

Kelemahan dalam cerpen tersebut, akhir ceritanya masih menggantung karena menceritakan tentang anak dari tokoh utama yang menggambar dibuku gambarnya tentang seorang wanita yang mempunyai tahi lalat di dadanya. Ceritanya seperti dilanjutkan ke part selanjutnya, dan bahasanya agak rumit

Kelebihan dalam cerpen tersebut, mengulas tentang penjabat yang rata-rata jika sudah menjadi pemimpin lupa akan janji-janjinya saat pilkada. Dan menyindir para penjabat yang seenaknya sendiri terhadap warga dan lingkungannya.

Kaitannya dengan kehidupan sekarang adalah pemimpin yang hanya manis di mulut saja. Awalnya dia menjanjikan akan membangun desa atau kota tapi itu hanya bohong belaka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mendalami Puisi-puisi Karya Wiji Thukul

Mendalami Cerpen ''Setan Banteng" Karya Seno Gumira Ajidarma

Kritik dan Esai Cerpen