Analisis puisi-puisi karya Mashuri

 Nama: Anita Eka Syalina

Nim   : 175200075

Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia 2017 A

Hantu Kolam

 

: plung!

di gigir kolam

serupa serdadu lari dari perang

tampangku membayang rumpang

mataku berenang

bersama ikan-ikan, jidatku terperangkap

koral di dasar yang separuh hitam

dan gelap

tak ada kecipak yang bangkitkan getar

dada, menapak jejak luka yang sama

di medan lama

segalangnya dingin, serupa musim yang dicerai

matahari

aku terkubur sendiri di bawah timbunan

rembulan

segalanya tertemali sunyi

mungkin…

“plung!”

aku pernah mendengar suara itu

tapi terlalu purba untuk dikenang sebagai batu

yang jatuh

kerna kini kolam tak beriak

aku hanya melihat wajah sendiri, berserak

Banyuwangi, 2012-12-03

Puisi tersebut memiliki 2 bait, bait pertama memiliki 17 baris dan bait kedua memiliki 6 baris.

Pada bait pertama memiliki makna suasana hati yang sedang meracau kemana-mana, atau suasana hati yang sedang sepi sehingga terbayang kemana mana bahkan hantu pun terlihat

Sama halnya dengan orang yang sedang kesepian karena tidak ada apapun  yang harus di kerjakan.

Pada bait yang kedua memiliki makna suara hantu yang jatuh ke air terdengar seperti suara batu yang jatuh ke air.

Kaitannya dengan dunia nyata adalah seseorang yang sedang melamun sampai di sekelilingnya terdengar sangat jelas dan memiliki makna tersendiri, bahkan hantu pun ikut mengusik.


Hantu Musim

 

aku hanya musim yang dikirim rebah hutan

kenangan – memungut berbuah, dedaunan, juga

unggas – yang pernah mampir di pinggir semi

semarakkan jamuan, yang kelak kita sebut

pertemuan awal, meski kita tahu, tetap mata

itu tak lebih hanya mengenal kembali peta

lama, yang pernah tergurat berjuta masa


bila aku hujan, itu adalah warta kepada ular

sawah hasratku, yang tergetar oleh percumbuan

yang kelak kita sebut sebagai cinta, entah yang

pertama atau keseribu, kerna di situ, aku mampu

mengenal kembali siku, lingkar, bulat, penuh


di situ, aku panas, sekaligus dingin

sebagaimana unggas yang pernah kita lihat

di telaga, tetapi bayangannya selalu

mengirimkan warna sayu, kelabu

dan kita selalu ingin mengulang-ulangnya

dengan atau tanpa cerita tentang musim

yang terus berganti…

Magelang, 2012

Puisi diatas memiliki 3 bait, bait yang pertama memilik 7 baris, bait kang kedua memiliki 5 baris, bait yang ketiga memiliki 5 baris. 

Bait yang pertama memiliki makna  jika aku adalah musim semi yang yang tergurat berjuta masa

Kaitannya dengan dunia nyata adalah musim yang di nanti nanti seluruh makhluk hidup.

Bait yang kedua memiliki makna jika aku adalah musim hujan yang dirindukan oleh sebagian makhluk hidup

Kaitannya dngan kehidupan nyata adalah musim yang dinantikan oleh petani.

Bait yang ketiga memiliki makna musim panas dan dingin seperti warna sayu, kelabu 

Kaitannya dengan dunia nyata ialah musim dimana makhluk hidup mersakan panas dan dingin seperti menjalani hidup yang kelabu tidak berwarna.


Hantu Dermaga

 

mimpi, puisi dan dongeng

yang terwarta dari pintumu

memanjang di buritan

kisah itu tak sekedar mantram

dalihmu tuk sekedar bersandar bukan gerak lingkar

ia serupa pendulum

yang dikulum cenayang

dermaga

ia hanya titik imaji

dari hujan yang berhenti

serpu ruh yang terjungkal, aura terpenggal dan kekal

tertambat di terminal awal


tapi ritusmu bukan jadwal hari ini

dalam kematian, mungkin kelahiran

kedua

segalanya mengambang

bak hujan yang kembali

merki pantai

telah berpindah dan waktu pergi

menjaring darah kembali

Sidoarjo, 2012


Puisi diatas memiliki 2 bait, bait yang pertama memiliki 12 baris, bait yang kedua memiliki 8 baris.

Puisi pertama memiliki makna mimpi, puisi, dan dongeng  terwarta diseluruh dermaga 

Kaitannya dengan dunia nyata yaitu seseorang yang berambisi ingin mewujudkan mimpinya agar jadi nyata.

Puisi yang kedua memiliki makna segalanya mengambang seperti hujan yang menerpa pantai.

Kaitannya dengan dunia nyata yaitu seseorang yang tidak punya tujuan hidup. Atau jalan hidupnya mengambang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mendalami Puisi-puisi Karya Wiji Thukul

Mendalami Cerpen ''Setan Banteng" Karya Seno Gumira Ajidarma

Kritik dan Esai Cerpen